Jumat, 16 Desember 2011

“Risalah hati”


Aku berdiri diantara kerumunan ramainya kehidupan kost dan akupun terpaku menangis sendu saat kau tiada disisi. tanpamu aku mungkin tak dapat merasakan nikmatnya anugerah itu. dan diantara kerumunan itu aku masih merasakan kesunyian dan kehampaan yang membuatku harus berharap kembali menata kenangan yang tak berarti. Mungkin bila nanti kan tiba waktuku untuk bergerak menghiasi ruang hampaku dan beri satu benih kehidupan yang indah. Kuharap benih itu dapat kusemai dan kunikmati sebagai anugerah terbesarku.
Bahagianya merupakan bahagiaku karena aku ingin memastikan padanya bahwa aku bukanlah orang yang hanya ingin memetik putik yang ada dihatimu, tapi aku adalah orang yang mengharapkan kejujuran, ketulusan, dan kejernihan hatimu yang terdalam. Tanpa hal itu aku merasa hidupku bagai bangkai tergeletak yang siap tuk dijadikan santapan para hewan buas. Cukup bagiku kau katakan tanpa harus telantarkan aku yang selama ini merasa kaku. Wahai alam raya mampukah kau terangi hatiku  yang sedang tertimpa gelombang kemunafikan.
Semua ini, hidup ini, jiwa ini tak dapat bersatu berkumpul berpijak pada titik kedamaian dan disaat itulah aku hanya dapat menyeringai lesu menatapi hidupku yang terasa hambar. Akupun hanya dapat melangkahkan kakiku yang rapuh. Disana diramainya kerumunan itu tangisku tak berhenti walau sesaat tetesan itu tersendat tanda hampir kering air mataku. tapi,  aku tak dapat menghentikan laju nafasku walau kerut keningku sudah membeku dan hancur diantara lelah hatiku menghadapi gelora ini.
Kini aku hanya ingin kembali memandangmu mengikuti apa arti saranmu. aku tahu aku mungkin orang yang tak pantas menerima karuniamu. Tapi disatu sisi aku sangat merindukanmu dan mengharapkan kedamaian yang kau pancarkan setiap saat. Setelah itupun aku berbalik mencoba renungi anganku. anganku dulu yang pernah hampir mati tertelan waktu. Detik, jam, hari, minggu terus berlalu mengikis alunan hidupku yang terlanjur mengakar disanubari, harapan penenang hati ada padamu wahai Dewiku. Dan turunkanlah secercah harap yang dapat menghiburku lalu mendamaikan hatiku yang hampir mati karena lelahnya kuberangan. Atau berikanlah setetes air surgamu yang dapat menumbuhkan jiwa yang hampir hancur ini atau sisihkanlah seberkas cahaya damaimu pada mereka yang amat membutuhkan siraman pelembut hati. Dan dimanakah sesuatu yang mampu menghentikan getaran hati ini dari guncangan api kemunafikan.
Ingin rasanya aku terbebas dari gelombang ini tapi tubuhku serasa sulit tuk digerakan. Bukan karena aku tak berusaha tapi batin ini selalu mengekangku, dan mengikat seluruh gerak jiwaku. Saat ini  aku hanya berpikir bahwa inilah jalanku dan inilah yang terbaik bagiku. langkahkupun kini menuju masa dimana aku masih merasakan kesucian yang penuh akan arti kedamaian dan kecerian abadi, dan disitulah kumenemukan sebuah peristiwa pengingat masa lalu. Gadisku.